Sumber Foto : Pelita Pendidikan Anak Indonesia |
Banyak orang memiliki penafsiran berbeda tentang pembangunan. Tapi bagiku pembangunan itu ada dua hal. Pertama pembangunan manusia, kedua pembangunan fisik. Pembangunan utama adalah membangunan manusianya. Bukan berarti pembangunan fisik tidak menjadi utama, dia sama utamanya dengan pembangunan manusia. Menomorduakan salah satunya juga salah, karena kedua saling beririsan.
Pembangunan manusia tentu sangat berbeda dengan pembangunan fisik. Dalam pembangunan fisik dibutuhkan seorang eksekutor pembangunan, yakni para kontraktor. Tentunya eksekutornya yang dipilih adalah mereka yang memiliki kejujuran. Ekskutor yang buruk hanya akan melahirkan pembangunan seremonial-seremonial belaka. Disini tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang menetapkan kebijakan yang dapat menetapkan dan memilih eksekutor (kontraktor) yang baik.
Berbeda dengan pembangunan manusia. Letaknya berada pada seluruh elemen, baik pemerintahan, tenaga pendidik, keluarga, organisasi masyarakat samapai masyarakatnya itu sendiri. Meletakkan pembangunan manusia hanya terfokus sepenuhnya kepada pengajar, guru dan dosen tentunya telah salah memaknai pembangunan manusia. Prinsipnya adalah pembangunan manusia adalah tanggung jawab semua elemen tanpa batasan elemen apapun.
Kemudian, yang harus dipahami bahwa dalam pembangunan manusia yang dilakukan adalah mendidik manusia agar lebih dahulu mendahulukan hati ketimbang rasa. Karena rasa tanpa hati hanya akan melahirkan serbuk-serbuk setiap saat bisa salah persepsi. Mendidik bukan menghardik, apalagi memaki tentu sangat bertentangan dengan prinsip manusia dan kemanusiaan.
Banyak orang meletakkan sepenuhnya proses didikan kepada seorang pengajar, guru dan dosen. Saya pribadi meyakini bahwa tidak ada seorang pengajar, guru ataupun dosen yang akan mengajarkan keburukan kepada anak didiknya selama betul dia lahir dari rahim pendidik. Adanya keterbatasan pendidik dalam mendidik, maka disinilah dibutuhkan pendidik tambahan, yakni semua elemen tersebut. Tapi sayangnya ketika pengajar telah mengajarkan kebaikan dengan waktu pantaun terbatas, disinilah keluarga, masyarakat dan elemen pembantu lainnya sering mencontohkan sebuah cara dan perilaku yang salah.
Guru mendidik tentang pelaksanaan yang baik, tapi yang lain seperti keluarga dan elemennya mencontohkan berbeda dengan menghardik atau saling menghardik. Mendidik itu kewajiban mesti bagi setiap orang. Hampir semua penjelasan didik adalah tentang kebaikan bukan keburukan. Disini dibutihkan semua elemen untuk ikut serta membantu tugas sang guru agar melahirkan atau menciptakan manusia terdidik.
" Hanya mereka yang punya hati mampu mampu mendidik yang terdidik. Sedangkan yang tak punya hati lagi mendidik hanya hanya akan menciptakan problem pendidikan "
0 Komentar Anda:
Post a Comment