Label pencitraan sedemikian masif mudah melekat kepada seseorang sejak varian kamera dan era keterbukaan informasi dan komunikasi semakin beririsan satu sama lainnya. Ini pula yang melahirkan permainan baru untuk politisi dalam menghakimi politisi lainnya, tentu bagi yang berbeda kepentingan dan arah kekuasaan.
Citra dan pencitraan harus dipahami berbeda satu sama lainnya. Citra adalah tentang sebuah keyakinan yang telah terpatri dalam jiwa seseorang dalam berperilaku sosial. Sedangkan pencitraan sesuatu yang dibuat-buat oleh seseorang karena berdasarkan kebutuhan sosial yang diinginkannya.
Untuk memahami ini tidak cukup mudah, butuh keseriusan memahami gestur komunikasi verbal dan non verbal seseorang apakah selaras atau tidak dan juga harus mengetahui posisi sosialnya dihadapan publik. Selain itu, memahami track record seseorang atau mempelajari cara berperilaku sosial sebelumnya tidak kalah pentingnya.
Mengkaji Pak Jokowi dalam label citra dan pencitraan tentu akan melahirkan kesepakatan dan perbedaan pandangan tentang beliau. Tapi sedikitnya kita tidak bisa keluar dari garis yang ada sebagai jawaban sederhana, apakah beliau melakukan pencitraan atau tidak, dapat dilihat posisi beliau dalam ranah sosial, bahwa beliau seorang Kepala Negara yang tentu harus dekat dengan rakyatnya. (citra)
Mengenai gestur komunikasinya tentu muncul perdebatan dan pencarian serius mengenai hal ini, sedangkan mengenai track record mudah mengetahui di era keterbukaan seperti saat ini.
0 Komentar Anda:
Post a Comment