Sumber Foto : Beastudi Indonesia |
Sejatinya sebuah bangsa memiliki keinginan yang kuat untuk
mencapai kulminasi (tingkatan tertinggi) peradaban. Kulminasi peradaban grafiknya
adalah terciptanya secara menyeluruh keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang tentu
menjadi idaman bagi segenap masyarakat. Untuk mencapai ini tidak semudah yang
kita bayangkan, perlu keseriusan mendalam oleh setiap elemen masyarakat tanpa
terkecuali.
Untuk meluruskan kulminasi peradaban ini agar tidak disalah
pahami, maka perlu digaris bawahi bahwa kulminasi peradaban jangan hanya dipahami
serta dinilai pada konteks ekonomi saja, bahwa ketika kajian ekonomi selesai
seketika itu pula kulminasi ini dicapai, ini kesalahan berfikir namanya.
Persoalan ekonomi hanya akan menjawab kebutuhan sandang, papan dan pangan,
tetapi dalam persoalan kejiwaan tidak akan mampu dijawab dengan pemenuhan
ekonomi. Konteks kejiwaan (dalam bahasa filsafat telah selesai dengan diri
sendiri) adalah kebutuhan yang akan menjawab tatanan manusia dalam hidup
bermasyarakat, seperti saling berdampingan, saling menghormati dan saling
menghargai, kejujuran dan lain sebagainya.
Pengalaman pribadi kita sedikitnya bisa membuktikan, bahwa sampai
saat ini masih mudah ditemukan orang yang telah berkecukupan dalam memenuhi
kebutuhan sandang, papan dan pangan tapi masih melakukan korupsi, iri dengan
tetangganya, fitnah orang lain yang lebih berkecukupan. Ini sedikitnya membuktikan
bangsa tidak hanya kuat dan kokoh jika dinilai dalam kebutuhan ini, maka perlu
disempurnakan dengan kebutuhan jiwa individu dan masyarakat yang stabil. Para pendahulu
kita sering menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri dari
tata krama, sopan santun serta saling menghargai satu sama lainnya, yang dimana
bangsa, negara serta pemerintah sisa perlu menyempurnakannya dengan kebutuhan
sandang, papan dan pangan tersebut.
Maka menjadi aneh kemudian jika perilaku fitnah, mencaci dan
iri ini diamini karena alasan bahwa mereka belum memenuhi kebutuhan sandang,
papan dan pangan. Artinya, meneriakkan hal dianggap penting, tetapi disisi lain
merusak hal yang sama lebih penting pula, apalagi jika keduanya saling kekesesuaian
dan berkebutuhan. Seharusnya yang perlu dilakukan adalah mengkritik membangun,
karena logika pemenuhan adalah pembangunan bukan penghancuran, serta
berpendapat dan memberikan masukan bagi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.
Mari kita bayangkan jika sekiranya negara ini tuntas secara
ekonomi, tetapi masyarakat hidup saling bermusuhan satu sama lain, ekonomi yang
besar hanya akan menjadi biang masalah berkelanjutan. Iri, dengki dan
berprasangka buruk dan cara-cara salah lainnya menguasai lini publik, tentu
dampak kerusakan yang dihasilkannya tentu sangat luar biasa. Saat ini saja, masih
banyak orang yang menganggap bahwa bangsa ini belum kuat secara ekonomi, tapi
fitnah dan caci maki menguasai ruang publik, yang terjadi adalah kekacauan
disana-sini. Bagaimana jika kemudian ekonomi kuat, tapi kita masih terjebak
dengan persoalan-persoalan buruk tersebut ?
Sebagai masyarakat yang bijak, dimana bangsa ini dalam masa tahapan
menuju kulminasi peradaban yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, tentu memiliki tahapan-tahapan bukan serba sulap seperti hidup di
negeri dongeng, semuanya membutuhkan proses-proses yang perlu disokong dan
dukung bersama. Kenyataan empirik menggambarkan kepada kita bahwa bangsa ini
dalam tahapan pembangunan yang berguna bagi kelangsungan hidup bangsa dan
masyarakatnya, yang seharusnya dilakukan adalah menjaga persatuan sesama anak
bangsa, tidak terlibat dengan perbuatan-perbuatan yang membuat negara terpecah
bela dengan perang saudara. Ini sedikitnya membantu negeri ini mencapai tujuan
yang dicita-citakan bersama.
Percaya kepada pemerintah itu juga satu fokus hal penting
untuk disadari, bahwa pemerintah perlu kepercayaan dari masyarakat dalam
menjalankan roda pemerintahan. Coba dibayangkan jika sekiranya ada seorang
pacar yang sibuk memikirkan kekasihnya secara konsisten, tetapi sang pacar
tetap dituduh selingkuh, apakah sang pacar akan menikmati dan konsentrasi dalam
memikirkan kekasihnya ?, jawabannya tentu tidak. Kemudian sang pacar lagi
mempersiapkan kebutuhan rumah tangganya ketika telah bersama, tapi kekasih
masih saja menuduh bahwa sang pacar tidak melakukan apa-apa, tentu ini akan
memperlambat sang pacar dalam menyiapkan kebutuhan rumah tangganya karena
terganggu hal-hal yang sangat tidak penting tersebut. Analoginya kebun ingin mau
subur, tetapi petaninya tidak mencintai perkebunannya, apakah akan berhasil ?
tentu saja tidak.
Masyarakat harus memberikan suplemen kepada bangsa dan
pemerintah yang lagi melakukan pembangunan, dengan cara menjaga kedamaian,
hilangkan perselisihan yang tidak subtansial untuk kemajuan bersama. Tentu jika
pemerintah melenceng dari cita-cita bersama perlu dikritik sekeras-kerasnya,
tapi bukan menghina, mencaci dan menfitnah. Karena kritik sudah pasti bukan
fitnah, caci serta menghina. Mari kita sibukkan pemerintah memikirkan nasib kesejahteraan
bangsa dan masyarakatnya, bukan melibatkan pemerintah sibuk mengurusi hal-hal
yang tidak memajukan bangsa dan masyarakatnya. Apakah saling memaki, tidak
saling menghargai akan memajukan bangsa dan masyarakatnya ?, jawabannya lagi
tentu tidak.
Kalau sekiranya tidak memajukan, mengapa kita masih asyik
dengan perangai tersebut ?. Perlu disadari bahwa bahwa mencapai titik kulminasi
peradaban tentu tidak cepat, butuh waktu dan proses, apalagi kita hidup dalam
dunia global, dimana negara-negara tertentu tidak senang jika satu negara mampu
mencapai kedigdayaannya. Maka gangguan dari luar pun akan berkecamuk mengganggu
kondisi tersebut. Olehnya itu, kita sebagai masyarakat tidak boleh ikut-ikutin
menambah gangguan tersebut, apalagi kalau kecenderungan gangguan dari luar
hampir mirip dengan gangguan dari dalam, ini menjadi pertanyaan besar.
Kulminasi peradaban Indonesia dalam tahapan menuju kesana,
maka dibutuhkan kejernihan berfikir dan bertindak selaku masyarakat. Mengapa
bangsa ini kadang ngos-ngosan, karena sebagian dari kita masih sibuk bertikai
persoalan yang kecil. Negara kita ricuh karena kesenangan pribadi yang disokong
oleh kaum elit yang haus dan rakus kekuasaan. Jika kita ingin bangsa ini sampai
pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kita juga garus berlaku
adil untuk bangsa ini. Bantu bangsa ini menjadi besar dengan menyelesaikan diri
kita sendiri (kejiwaan), agar kita tidak menjadi pengganggu perkembangan,
kemajuan dan pembangunan yang dapat dinikmati bersama. Jangan mengganggu itu
sudah cukup berkontribusi bagi bangsa dan negera tercinta ini.
Cari Situs Judi AGEN BANDARQ TERBAIK Online yang aman dan terpercaya ?
ReplyDeleteSolusinya hanya di NAGAQQ
Kami hadir dengan 4 Game Paling Hot & POPULER
(Poker, Bandar Poker , BandarQ, DominoQQ)
Customer Service Kami Melayani 24 jam Nonstop !!!
No BOT !!! Player vs Player !!!
WHATSAPP : +855967014811
PIN BB : 2B209F68