Pages

Thursday, 12 July 2018

Jangan Mengganggu

Sumber Foto : Beastudi Indonesia

Sejatinya sebuah bangsa memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai kulminasi (tingkatan tertinggi) peradaban. Kulminasi peradaban grafiknya adalah terciptanya secara menyeluruh keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang tentu menjadi idaman bagi segenap masyarakat. Untuk mencapai ini tidak semudah yang kita bayangkan, perlu keseriusan mendalam oleh setiap elemen masyarakat tanpa terkecuali.

Untuk meluruskan kulminasi peradaban ini agar tidak disalah pahami, maka perlu digaris bawahi bahwa kulminasi peradaban jangan hanya dipahami serta dinilai pada konteks ekonomi saja, bahwa ketika kajian ekonomi selesai seketika itu pula kulminasi ini dicapai, ini kesalahan berfikir namanya. Persoalan ekonomi hanya akan menjawab kebutuhan sandang, papan dan pangan, tetapi dalam persoalan kejiwaan tidak akan mampu dijawab dengan pemenuhan ekonomi. Konteks kejiwaan (dalam bahasa filsafat telah selesai dengan diri sendiri) adalah kebutuhan yang akan menjawab tatanan manusia dalam hidup bermasyarakat, seperti saling berdampingan, saling menghormati dan saling menghargai, kejujuran dan lain sebagainya.

Pengalaman pribadi kita sedikitnya bisa membuktikan, bahwa sampai saat ini masih mudah ditemukan orang yang telah berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan sandang, papan dan pangan tapi masih melakukan korupsi, iri dengan tetangganya, fitnah orang lain yang lebih berkecukupan. Ini sedikitnya membuktikan bangsa tidak hanya kuat dan kokoh jika dinilai dalam kebutuhan ini, maka perlu disempurnakan dengan kebutuhan jiwa individu dan masyarakat yang stabil. Para pendahulu kita sering menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri dari tata krama, sopan santun serta saling menghargai satu sama lainnya, yang dimana bangsa, negara serta pemerintah sisa perlu menyempurnakannya dengan kebutuhan sandang, papan dan pangan tersebut.

Maka menjadi aneh kemudian jika perilaku fitnah, mencaci dan iri ini diamini karena alasan bahwa mereka belum memenuhi kebutuhan sandang, papan dan pangan. Artinya, meneriakkan hal dianggap penting, tetapi disisi lain merusak hal yang sama lebih penting pula, apalagi jika keduanya saling kekesesuaian dan berkebutuhan. Seharusnya yang perlu dilakukan adalah mengkritik membangun, karena logika pemenuhan adalah pembangunan bukan penghancuran, serta berpendapat dan memberikan masukan bagi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
    
Mari kita bayangkan jika sekiranya negara ini tuntas secara ekonomi, tetapi masyarakat hidup saling bermusuhan satu sama lain, ekonomi yang besar hanya akan menjadi biang masalah berkelanjutan. Iri, dengki dan berprasangka buruk dan cara-cara salah lainnya menguasai lini publik, tentu dampak kerusakan yang dihasilkannya tentu sangat luar biasa. Saat ini saja, masih banyak orang yang menganggap bahwa bangsa ini belum kuat secara ekonomi, tapi fitnah dan caci maki menguasai ruang publik, yang terjadi adalah kekacauan disana-sini. Bagaimana jika kemudian ekonomi kuat, tapi kita masih terjebak dengan persoalan-persoalan buruk tersebut ?

Sebagai masyarakat yang bijak, dimana bangsa ini dalam masa tahapan menuju kulminasi peradaban yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tentu memiliki tahapan-tahapan bukan serba sulap seperti hidup di negeri dongeng, semuanya membutuhkan proses-proses yang perlu disokong dan dukung bersama. Kenyataan empirik menggambarkan kepada kita bahwa bangsa ini dalam tahapan pembangunan yang berguna bagi kelangsungan hidup bangsa dan masyarakatnya, yang seharusnya dilakukan adalah menjaga persatuan sesama anak bangsa, tidak terlibat dengan perbuatan-perbuatan yang membuat negara terpecah bela dengan perang saudara. Ini sedikitnya membantu negeri ini mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.

Percaya kepada pemerintah itu juga satu fokus hal penting untuk disadari, bahwa pemerintah perlu kepercayaan dari masyarakat dalam menjalankan roda pemerintahan. Coba dibayangkan jika sekiranya ada seorang pacar yang sibuk memikirkan kekasihnya secara konsisten, tetapi sang pacar tetap dituduh selingkuh, apakah sang pacar akan menikmati dan konsentrasi dalam memikirkan kekasihnya ?, jawabannya tentu tidak. Kemudian sang pacar lagi mempersiapkan kebutuhan rumah tangganya ketika telah bersama, tapi kekasih masih saja menuduh bahwa sang pacar tidak melakukan apa-apa, tentu ini akan memperlambat sang pacar dalam menyiapkan kebutuhan rumah tangganya karena terganggu hal-hal yang sangat tidak penting tersebut. Analoginya kebun ingin mau subur, tetapi petaninya tidak mencintai perkebunannya, apakah akan berhasil ? tentu saja tidak.  

Masyarakat harus memberikan suplemen kepada bangsa dan pemerintah yang lagi melakukan pembangunan, dengan cara menjaga kedamaian, hilangkan perselisihan yang tidak subtansial untuk kemajuan bersama. Tentu jika pemerintah melenceng dari cita-cita bersama perlu dikritik sekeras-kerasnya, tapi bukan menghina, mencaci dan menfitnah. Karena kritik sudah pasti bukan fitnah, caci serta menghina. Mari kita sibukkan pemerintah memikirkan nasib kesejahteraan bangsa dan masyarakatnya, bukan melibatkan pemerintah sibuk mengurusi hal-hal yang tidak memajukan bangsa dan masyarakatnya. Apakah saling memaki, tidak saling menghargai akan memajukan bangsa dan masyarakatnya ?, jawabannya lagi tentu tidak.

Kalau sekiranya tidak memajukan, mengapa kita masih asyik dengan perangai tersebut ?. Perlu disadari bahwa bahwa mencapai titik kulminasi peradaban tentu tidak cepat, butuh waktu dan proses, apalagi kita hidup dalam dunia global, dimana negara-negara tertentu tidak senang jika satu negara mampu mencapai kedigdayaannya. Maka gangguan dari luar pun akan berkecamuk mengganggu kondisi tersebut. Olehnya itu, kita sebagai masyarakat tidak boleh ikut-ikutin menambah gangguan tersebut, apalagi kalau kecenderungan gangguan dari luar hampir mirip dengan gangguan dari dalam, ini menjadi pertanyaan besar.

Kulminasi peradaban Indonesia dalam tahapan menuju kesana, maka dibutuhkan kejernihan berfikir dan bertindak selaku masyarakat. Mengapa bangsa ini kadang ngos-ngosan, karena sebagian dari kita masih sibuk bertikai persoalan yang kecil. Negara kita ricuh karena kesenangan pribadi yang disokong oleh kaum elit yang haus dan rakus kekuasaan. Jika kita ingin bangsa ini sampai pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kita juga garus berlaku adil untuk bangsa ini. Bantu bangsa ini menjadi besar dengan menyelesaikan diri kita sendiri (kejiwaan), agar kita tidak menjadi pengganggu perkembangan, kemajuan dan pembangunan yang dapat dinikmati bersama. Jangan mengganggu itu sudah cukup berkontribusi bagi bangsa dan negera tercinta ini.

1 Komentar Anda:

  1. Cari Situs Judi AGEN BANDARQ TERBAIK Online yang aman dan terpercaya ?
    Solusinya hanya di NAGAQQ
    Kami hadir dengan 4 Game Paling Hot & POPULER
    (Poker, Bandar Poker , BandarQ, DominoQQ)
    Customer Service Kami Melayani 24 jam Nonstop !!!
    No BOT !!! Player vs Player !!!
    WHATSAPP : +855967014811
    PIN BB : 2B209F68

    ReplyDelete