Pages

Wednesday, 11 July 2018

Toleransi Harus Diyakini

Sumber Foto : Kompasina. com

Jika bumi ini diperhadapkan pada sebuah kehancuran, maka yang sangat berkontribusi kuat dan dimintai pertanggujawabannya adalah manusia itu sendiri yang selalu membuat keributan mengenai perbedaan-perbedaan yang melekat pada manusia. Manusia yang selalu mempersoalkan perbedaan dan menganggapnya sebagai wujud penentangan dan memaksakan setiap orang harus menjadi sama adalah ciri pengrusak bumi. 

Para perusak bumi ini adalah orang-orang yang tidak menghargai kemanusiaan, tetapi cenderung anti dengan kemanusiaan. Orang-orang seperti ini biasanya berbalut jubah kebaikan, tetapi sifatnya jauh dari kebaikan, menekan orang lain untuk sama dengan dirinya, jika kemudian berbeda maka akan dianggap musuh yang harus dimusnakan. Mari kita lihat dibelahan bumi saat ini, pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan terjadi dimana-dimana atas nama kepentingan sepihak dengan mencederai kemanusiaan itu sendiri.

Bumi hari ini bukan lagi tempat yang asyik sebagai wahana manusia untuk belajar tentang perbedaan, yang telah sangat niscaya dalam melindungi kemanusiaan setiap manusia. Karena entitas perbedaan, orang bebas saling membantai atas kebenaran menurut versi-versi masing-masing. Padahal semua orang pasti memahami bahwa entitas yang sama pun seperti manusia rupanya memiliki perbedaan, seperti wajah dan warna kulit satu sama lainnya, yang tidak bisa ditolak walaupun kita jungkir balik sekali pun.

Sangat menyedihkan. Belum lagi jika kita berkacamata pada persoalan keberpihakan politik pun menjadi hukum benar dan salah bagi kaum perusak ini, berbeda pilihan dengannya dianggap jahat dan musuh yang harus dimusnakan. Padahal sesungguhnya kita telah memiliki modal pengalaman dari manusia terdahulu yang hidup di bumi, memberikan manusia sekarang konsep dasar dalam memaknai dan tidak bertikai mengenai perbedaan. Tapi bumi bagai disambar petir, manusia jaman sekarang telah berupaya menggugat tentang konsep dasar dalam memaknai perbedaan itu. Ini mungkin yang dimaksud manusia yang tidak dapat berterima kasih kepada para pendahulunya.

Memang kita tidak bisa serta merta mudah menerima orang lain, tetapi juga tidak serta merta menolaknya begitu saja dan kemudian menghukumi orang lain menjadi jahat karena berbeda. Karena pada dasarnya dua orang itu pasti berbeda apalagi lebih. Itulah kemudian orang-orang terdahulu atau guru-guru kita mengajarkan kita konsep dasar dalam memaknai perbedaan itu yang disebut dengan toleransi.

Mungkin dalam berbagai pengertian tentang toleransi memiliki pemahaman yang berbeda-beda, tetapi muaranya akan tetap sama, bahwa setiap orang itu berbeda yang pasti memunculkan perbedaan yang harus dihargai bukan dimusuhi. Tentu tujuan menghargai ini agar manusia bisa dapat membandingkan apa yang ada didalamnya dan memetik pengetahuan dan hikmah baru dari persepsi berbeda.

Toleransi jangan hanya dipahami sekedar bahasa lisan dan tulisan, tetapi harus dipahami sebuah keyakinan. Jika dipahami toleransi hanya sekedar tulisan dan lisan ini hanya sebuah pengakuan aksidental. Banyak orang merasa toleran, tetapi perangainya tidak toleran, ini karena tidak dijadikan sebuah keyakinan. Jika kemudian digugat, maka timbul pembelaan-pembelaan menyudutkan. Pertanyaan kemudian, mengapa banyak orang mampu toleran dengan pernyataan, tetapi dalam perilaku sangat jauh dari sesungguhnya ?

Untuk mendiagnosa persoalan sebenarnya tidak rumit, jika kita sedikit saja mau merenungi tentang apa yang dimaksud dengan keyakinan. Karena yakin dan toleran sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang dapat menghargai orang lain secara utuh, karena mereka yakin bahwa menghargai orang lain adalah kebaikan. Dan sangat pasti setiap manusia menginginkan kebaikan, sekalipun manusia itu jahatpun kecuali bagi manusia yang telah menjadi manusia mayat hidup (bergerak tapi tak punya jiwa). Toleransi bisa menjadi menyatu bagi setiap orang, jika kemudian toleransi itu menjadi konsep keyakinan pada setiap orang. Banyak intoleransi karena orang kebanyakan menganggap bahwa toleransi hanya sebatas diketahui bukan diyakini. Maka wajar saja kemudian banyak kita temukan pembicaraan dan tindakan seseorang biasa saling bertantangan, diakibatkan toleransi itu hanya dipahami bualan pemikiran.

Kemudian banyak orang terpaksa toleran karena takut sanksi hukum, padahal toleran bukan karena adanya persoalan sanksi hukum ataupun tidak. Seyogyanya perilaku toleran bukan didasari karena takut sanksi hukum, tetapi diyakini bahwa toleran itu adalah sebuah kewajiban bagi manusia. Kewajiban itu harus dipahami sebagai keperluan jika menganggap diri sebagai manusia.

Tidak bisa pula dipungkiri bahwa banyak pengertian toleransi berdiri pada pengertian-pengertian sepihak. Tetapi tidak boleh pengertian sepihak ini tidak serta merta boleh menghukumi yang lain salah. Mengapa banyak intoleransi, karena menganggap pendapat yang lain itu tidak sesuai dengan pendapatnya. Hal lain sangat mempengaruhi tingkat intoleransi, karena banyak orang yang menganggap dirinya mayoritas dan menganggap yang lain minioritas. Hal yang pertama harus dilakukan untuk mencegah penyakit menular (intolerasi) adalah memahami toleransi secara utuh, dan untuk mudah memahami toleransi secara utuh harus mendahulukan menghargai yang lain, tidak menyudutkan, biasa berprasangka baik, dan yang terakhir hilangkan rasa dendam baik yang sederhana maupun berlebihan.

0 Komentar Anda:

Post a Comment