Ketika mengenang masa lalu, orang terdahulu dengan semangat gempita, dengan nalar sehat dan membumi, tanpa terkotak-kotak sekat-sekat saya Muslim, saya Nasrani, saya Hindu, saya Budha ataupun saya mayor, saya minor, semuanya dengan satu bahu menyatu atasnama kemerdekaan. Nyata dan sekaligus berbedil keberagaman, kemerdekaan atas bangsa dan negara Indonesia diperolehnya secara khidmat dengan tetesan keringat dan darah kebersamaan.
Raih kemerdekaan, ternyata tidak membuat mereka untuk saling terkotak-kotak ego saya Muslim, saya Nasrani, saya Hindu, saya Budha maupun saya mayor, dan saya minor adalah sebagai pemilik sah bangsa dan negara ini, tetapi mereka menetapkan semboyan yang sah "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" adalah pemilih bangsa yang merdeka.
Dunia yang telah berbeda rasa dan nada, semboyan kemerdekaan telah tersekat oleh ego-ego partikularistik yang menghujam nalar kemerdekaan. Kemanusiaan telah murah dan tergadai oleh rasa dengki, kemuraman hati, dan buramnya pikiran karena semuanya telah merasa hebat dengan singgasananya, hingga mengklaim dirinya lah pemilik sah kemerdekaan.
Soekarno pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Mungkin maksud Soekarno bahwa pada masa mu, engkau akan berhadapan dengan para ego-ego yang serakah, berlabel sebagai pejuang tetapi membunuh kemanusiaan, mengaku bahwa wajahnya berbeda dengan yang lain, tetapi menolak keberagaman.
Mungkin ini pentingnya memahami dan berlaku adil sejak dalam pikiran, agar perbuatan selaras dengan pikiran yang berdiri di atas fakta. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam dan berkemanusiaan, karena itulah ia merdeka.
~ 17 Agustus 1945 adalah Hari Kemerdekaan Keberagaman yang Berkemanusiaan Adil dan Beradab ~
0 Komentar Anda:
Post a Comment