Foto: opini.id |
Belakang ini kita saksikan ada seorang yang lagi berceramah di mesjid yang isi ceramahnya bukan tentang hikmah dan moralitas, tetapi berbau provokasi mengajak untuk melakukan revolusi. Woooww luar biasanya orang ini.
Ketika manusia ini telah lupa tugasnya untuk mengurusi kebaikan antara sesama, tidak memberi solusi bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara. Tetapi teriak sana-sini seperti orang paling benar di muka bumi ini. Genderang ganas, buas yang selalu disampaikannya mengajak untuk saling bertikai di atas jubah demokrasi dan kepentingan politik. Disini lah zona nyaman ini para siluman menggeruduk nalar dengan bisikan-bisikan maut.
Yang siuman dan waras jangan diam. Kata Buya Syafii, di tahun politik, demokrasi Indonesia harus tetap pada simfoni yang menyejukkan yang harus di arusutamakan. Jangan biarkan garis keras yang menganut teologi maut menguasai nalar kita dan berkambang begitu saja. Para penganut teologi maut yang mengajarkan berani mati, tetapi tidak berani hidup, hanya ada untuk merusak, setelah itu pergi dengan menyisahkan puing-puing kehancuran.
Yang siuman dan lagi waras, jangan hanya diam, sebelum kotamu, desamu dikuasai oleh para mereka yang paranoid, sebab kalau yg waras diam, mereka akan merajalela.
0 Komentar Anda:
Post a Comment