Sumber Foto : Sekolah Politik Indonesia |
Ungkapan di atas bukanlah sekedar bentuk penghargaan, bukan pula sekedar ungkapan besar dari orang besar serta kata kiasan. Tetapi memiliki makna harapan besar, sebesar ucapan orangnya. Pemuda selalu mendapatkan tempat dengan level yang tinggi, walapun sesungguhnya dalam hal ini sering membuat rasa bangga yang berlebihan. Mari kita melakukan perbandingan kualitas pemuda hari, apakah telah selaras antara harapan dan keinginan itu ?. Untuk menjawab itu semua diperlukan sebuah penjelas bukan sebatas bahasa rerotik tapi ide dan gagasan yang tepat dan menjelaskan.
Sejarah telah melukiskan banyak mengenai beberapa pemuda yang mampu menghasilkan karya besar di bangsa ini dari berbagai harapan yang ada. Mereka sangat jelas dan telah membatasi antara pemuda yang hanya sekedar cerdas secara retorik dan cerdas secara ide dan gagasan. Dalam episode sejarah kehidupan suatu bangsa telah mencatat dengan tinta emas beberapa pemuda yang mengambil peran dalam proses perubahan suatu bangsa. Tentu tidak disangsikan lagi, seperti Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, Moh. Hatta dan masih banyak lagi lainnya yang terlampau banyak untuk dituliskan, kesemuanya memiliki peran besar dalam sejarah kemerdakaan bangsa Indonesia.
Lantas pertanyaannya, bagaimana peran generasi muda di zaman milenial seperti ini ?, dan bagaimana karakter dasar disebut dengan pemuda ?, apakah seperti yang tertera dalam UU No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Pertanyaan apakah hanya sebatas berdasarkan usia saja ?
Tidak adakah penialain lain yang lebih sangat signifikan menunjukkan kriteria, seperti dilihat dari dedikasinya sebagai suatu prasyarat niscaya ada dalam diri seorang dengan visi dan misi sebuah peradaban. Karena tidak semua perilaku kritis, peka dan revolusioner seperti kebanyakan dilekatkan pada pemuda memiliki dedikasi peradaban. Bahwa perlu diingat bahwa hampir di setiap peradaban diawali dengan dengan sebuah dedikasi yang jelas. Misalnya peranan pemuda yang berpengaruh besar atas proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Jika karena bukan karena dedikasi serta visi dan misi yang jelas para pemuda pada zaman kemerdekaan, mungkin belum tentu Soekarno dapat memproklamasikan kemerdekaan RI.
Tidak adakah penialain lain yang lebih sangat signifikan menunjukkan kriteria, seperti dilihat dari dedikasinya sebagai suatu prasyarat niscaya ada dalam diri seorang dengan visi dan misi sebuah peradaban. Karena tidak semua perilaku kritis, peka dan revolusioner seperti kebanyakan dilekatkan pada pemuda memiliki dedikasi peradaban. Bahwa perlu diingat bahwa hampir di setiap peradaban diawali dengan dengan sebuah dedikasi yang jelas. Misalnya peranan pemuda yang berpengaruh besar atas proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Jika karena bukan karena dedikasi serta visi dan misi yang jelas para pemuda pada zaman kemerdekaan, mungkin belum tentu Soekarno dapat memproklamasikan kemerdekaan RI.
Sejarah mencatat, masa peralihan dari orde lama ke orde baru pada tahun 1966 dan peralihan dari orde baru ke masa reformasi sampai sekarang pun lahir karena andil pemuda dengan pengorbanan yang tidak sedikit dari mereka. Namun demikian, harus diketahui bahwa semuanya itu lahir dari sebuah keinginan lebih baik bukan sebaliknya. Bahwa semuanya memiliki ukuran lebih baik atau berubah menjadi lebih buruk. Tentu semua menginginkan berubah menjadi lebih baik dan menuju kesempurnaan. semuanya itu bisa didapatkan ketika pemuda menempatkan dirinya pada ruang-ruang yang sehat dengan menciptakan sebuah ide dan gagasan membangun, bukan ikut memproklamirkan suatu sikap perpecahan dengan ikut ambil bagian dari gerakan-gerakan yang ingin merusak sebuah tatanan bangsa yang telah memiliki kedaulatan dengan sensasi dan hayalan.
Jangan menjadi pemuda hanya rindu kondisi yang serba
ada, serba enak dan serba mudah, sehingga mudah juga berbuat jahat, apalagi berterriak atas nama kritis dan revolusioner tetapi ikut ambil bagian menguras dan merampok habis kekayaan sumber daya alam negeri. Menjadi pemuda yang sehat tidak berpura-pura mengabdi pada Negara,
tetapi dalam kenyataannya tidak lebih seperti tengkulak, yang mencekik demi isi tas. Seorang pemuda seharusnya mendedikasikan dirinya untuk menjaga, merawat, bukan ikut memporak-porandakan pondasi tatanan
Negara, hanya demi kepentingan pribadi dan kroni-kroninya.
Jangan jadi pemuda yang ikut mempovokasi dan terprovokasi tentang
hal-hal tertentu yang wujudnya kurang jelas. Pemuda yang sehat memiliki rasa toleransi tinggi, bukan yang hilangnya rasa untuk saling
mengasihi diantara sesama kita manusia. Sekecil apapun itu tindakan baik itu
dilakukan, dipastikan hal itu akan
membuat lingkungan kita akan tercipta kedamaian maupun kerukunan. Pemuda yang sehat punya akal yang hebat didedikasikan untuk sebuah peradaban maju, santun dan saling menginspirasi. Seyogyanya pemuda sebagai generasi bangsa adalah bibit dari lahirnya
para pemimpin-pemimpin bangsa kelak. Maka mulai dengan cetak mentalnya bukan sensasinya. Terjebak dalam kubangan tengkulak bertopeng kritis dan peka atasnama pemuda, hanya menggambarkan bahwa pemuda seperti itu bukan hanya rendah dalam dunia empiris tapi sangat rendah pula dalam dunia gagasan.
Sumber Foto : diazhamidfajarullah.wordpress.com |
"pemuda yang sehat adalah mereka-mereka yang memiliki ide dan gagasan berperadaban"
0 Komentar Anda:
Post a Comment